Band dan manajemen memutuskan untuk istirahat selama 3 bulan ke depan. Karena kelelahan luar biasa yang melanda, mereka takut akan mempengaruhi kesehatan masing-masing personel. Mereka membutuhkan istirahat.
Mendekati hari H konser Asking Alexandria di Jakarta, Indonesia (28 Mei 2011, di Lap parkir kolam renang GBK Senayan, Jakarta), sebuah kabar nggak enak justru terdengar. Band asal York inggris, itu tiba-tiba membatalkan rencananya untuk mengguncang panggung metal Jakarta.
Seperti dilansir oleh promotornya di Jakarta, Lian Mipro, Danny Worsnop (Vokal), Ben Bruce (Gitar), Cameron Liddell (Gitar), Sam Bettley (Bass), dan James Cassells (Drums), tiba-tiba membatalkan jadwal turnya. Kabar ini didapat langsung dari pihak booking agent, yang menghubungi pihak promotor.
"Band dan manajemen memutuskan untuk istirahat selama tiga bulan kedepan. Hal ini tentu menyangkut jadwal tur yang sudah disepakati sebelumnya. Semua harus dibatalkan, termasuk tiga show di Asia Tenggara," ujar pihak booking agent, seperti yang diterima oleh Lian Mipro."
Apakah ini hanya alasan ?
Sebagai salah satu band yang lagi naik daun, jadwal manggung Asking Alexandria, memang gila-gilaan. Diparuh terakhir tahun 2010 saja, hampir tiap hari mereka manggung, tanpa jeda. Berkeliling dari satu kota ke kota lainnya, bahkan ke negara-negara lainnya.
Kesibukan seperti ini menimbulkan tekanan yang luar biasa di lingkungan internal band. Masing-masing personel terkena rasa lelah dan penat yang luar biasa.
Mungkin awalnya masih bisa ditahan dan dikompromikan. Tapi lama-kelamaan, mereka mencapai titik tertinggi dari kelelahan dan penat yang dialami. Pihak manajemen takut kalau nantinya kesehatan mereka justru ikut terganggu.
Maka..., langkah rehat yang selanjutnya dipilih.
Imbasnya, tur yang seakan berjalan tanpa henti itu terpaksa dibatalkan sementara. Apalagi mengingat mereka masih punya jadwal padat di bulan-bulan selanjutnya. Tur Inggris dan Eropa yang sudah terjual habis tiketnya, serta Vans Warped Tour yang tentunya membutuhkan persiapan yang matang.
Kalaupun panggung Asking Alexandria di Jakarta dipaksakan, pihak booking agent mengaku nggak berani menanggung akibatnya. Mereka takut aksi Ben Bruce dan teman-temannya nggak maksimal, dan justru mengecewakan. Keputusan membatalkan konser kali ini di anggap yang terbaik, dan mereka berjanji akan kembali ke Jakarta suatu waktu nanti.
Sesibuk apa sih Asking Alexandria sebenarnya ?
Kalau melihat jadwal tur mereka, memang harus diakui bahwa mereka punya jadwal yang sangat padat. Sejak bulan Januari 2011 saja, mereka sudah harus berkeliling berbagai negara dan kota. Mulai dari Inggris, Irlandia, Itali, Jepang, Australia, dan tentunya Amerika.
Tur mereka di Amerika lah yang membuat mereka menjadi kelelahan. Tiap hari mereka harus berpindah kota, dan manggung di depan penggemarnya. Malahan, beberapa kali mereka tercatat harus manggung dua kali di hari yang sama!
Ben sempat mengakui di sebuah media musik ternama, bahwa jadwal tur padat ini seperti pedang bermata dua.
Di satu sisi dia mengaku senang, karena hal ini berarti lagu-lagu Asking Alexandria bisa diterima banyak orang. Di sisi lain, mereka harus menerima konsekuensinya, kelelahan luar biasa karena harus beraksi di depan banyak penggemarnya.
"Ini adalah sebuah proses. Kalau kami bisa melewatinya, pasti kami akan menjadi sosok yang lebih baik. Seperti album baru kami, Reckless and Relentless, yang merupakan proses pendewasaan kami dalam bermusik, " ujar Ben.
Judul album yang seakan mewakili keadaan terkini Asking Alexandria itu memang menghadirkan musik mereka dalam bentuk yang lebih berkembang. Kalau dulu mereka sempat dituduh mencuri konsep musik dari Enter Shikari, kali ini nggak lagi. Mereka mulai mengurangi porsi suara synthesizer di lagu-lagunya.
Lagu-lagu baru mereka lebih banyak mengeksplorasi soundscape, atmosfer latar belakang lagu, dan lebih banyak menghadirkan part gitar.
Diakui Ben bahwa mereka ingin membuktikan kemampuan bermusik para personel Asking Alexandria. Dia mengakui bahwa album sebelumnya, permainan mereka masih jauh dari sempurna.
Harus diakui bahwa Asking Alexandria sedikit berbeda dari band-band sejenisnya. Mereka punya pendengar yang lebih luas, lebih banyak pendengar dewasanya. "Thanks to Youth Gone Wild dan 18 and Life", dua lagu milik Skid Row yang sempat dibawakan ulang oleh Asking Alexandria.
"Fans kami luar biasa. Mereka mengerti alasan di balik semua hal yang kami lakukan. Jadi, walaupun kami melakukan sesuatu yang membuat mereka kecewa, biasanya mereka bisa memakluminya," ujar Ben, serius.
Opini Ben ini tentunya menyangkut pecinta musik di tanah kelahiran mereka, Inggris. Pasalnya, mereka dianggap berkhianat, dan membelot oleh beberapa pihak di Inggris.
Kebencian ini bukan tanpa sebab. Asking Alexandria adalah band Inggris yang justru memulai karirnya di Amerika. Dan tanah Paman Sam itu juga mereka mulai meraih popularitas.
"Saya mendengar semua cercaan yang datang ke kami. Khususnya yang datang dari Inggris. Tapi sebetulnya cercaan itu bukan datang dari pecinta musik. Karena buktinya saat kami menggelar konser di Inggris, Fans kami berkumpul, membeli tiket sampai habis, dan menikmati konsernya," jelas Ben, tegas.
Menurut Ben, semua cercaan itu justru datang dari beberapa band Inggris, yang menurutnya iri pada mereka.
"Saya nggak akan menyebut siapa-siapa band itu. Mereka sering mengatakan kami sebagai pengkhianat. Mereka menyebut kami bukanlah orang Inggris, melainkan orang Amerika. Sudahlah, mereka hanya sebagian orang yang iri pada kami," tutup Ben, santai.
Sikap tegar kayak gini yang juga membuat album terbaru Asking Alexandria bertengger di nomor 9, pada minggu pertamanya. Hmmm, melihat kesuksesan album Reckless and Relentless, bukan nggak mungkin kalau Asking Alexandria bakal kembali berhadapan dengan jadwal tur yang padat. Kalau saat itu datang, mereka sudah harus lebih dewasa, dan lebih siap mental untuk menghadapinya.
Mendekati hari H konser Asking Alexandria di Jakarta, Indonesia (28 Mei 2011, di Lap parkir kolam renang GBK Senayan, Jakarta), sebuah kabar nggak enak justru terdengar. Band asal York inggris, itu tiba-tiba membatalkan rencananya untuk mengguncang panggung metal Jakarta.
Seperti dilansir oleh promotornya di Jakarta, Lian Mipro, Danny Worsnop (Vokal), Ben Bruce (Gitar), Cameron Liddell (Gitar), Sam Bettley (Bass), dan James Cassells (Drums), tiba-tiba membatalkan jadwal turnya. Kabar ini didapat langsung dari pihak booking agent, yang menghubungi pihak promotor.
"Band dan manajemen memutuskan untuk istirahat selama tiga bulan kedepan. Hal ini tentu menyangkut jadwal tur yang sudah disepakati sebelumnya. Semua harus dibatalkan, termasuk tiga show di Asia Tenggara," ujar pihak booking agent, seperti yang diterima oleh Lian Mipro."
Apakah ini hanya alasan ?
Sebagai salah satu band yang lagi naik daun, jadwal manggung Asking Alexandria, memang gila-gilaan. Diparuh terakhir tahun 2010 saja, hampir tiap hari mereka manggung, tanpa jeda. Berkeliling dari satu kota ke kota lainnya, bahkan ke negara-negara lainnya.
Kesibukan seperti ini menimbulkan tekanan yang luar biasa di lingkungan internal band. Masing-masing personel terkena rasa lelah dan penat yang luar biasa.
Mungkin awalnya masih bisa ditahan dan dikompromikan. Tapi lama-kelamaan, mereka mencapai titik tertinggi dari kelelahan dan penat yang dialami. Pihak manajemen takut kalau nantinya kesehatan mereka justru ikut terganggu.
Maka..., langkah rehat yang selanjutnya dipilih.
Imbasnya, tur yang seakan berjalan tanpa henti itu terpaksa dibatalkan sementara. Apalagi mengingat mereka masih punya jadwal padat di bulan-bulan selanjutnya. Tur Inggris dan Eropa yang sudah terjual habis tiketnya, serta Vans Warped Tour yang tentunya membutuhkan persiapan yang matang.
Kalaupun panggung Asking Alexandria di Jakarta dipaksakan, pihak booking agent mengaku nggak berani menanggung akibatnya. Mereka takut aksi Ben Bruce dan teman-temannya nggak maksimal, dan justru mengecewakan. Keputusan membatalkan konser kali ini di anggap yang terbaik, dan mereka berjanji akan kembali ke Jakarta suatu waktu nanti.
Sesibuk apa sih Asking Alexandria sebenarnya ?
Kalau melihat jadwal tur mereka, memang harus diakui bahwa mereka punya jadwal yang sangat padat. Sejak bulan Januari 2011 saja, mereka sudah harus berkeliling berbagai negara dan kota. Mulai dari Inggris, Irlandia, Itali, Jepang, Australia, dan tentunya Amerika.
Tur mereka di Amerika lah yang membuat mereka menjadi kelelahan. Tiap hari mereka harus berpindah kota, dan manggung di depan penggemarnya. Malahan, beberapa kali mereka tercatat harus manggung dua kali di hari yang sama!
Ben sempat mengakui di sebuah media musik ternama, bahwa jadwal tur padat ini seperti pedang bermata dua.
Di satu sisi dia mengaku senang, karena hal ini berarti lagu-lagu Asking Alexandria bisa diterima banyak orang. Di sisi lain, mereka harus menerima konsekuensinya, kelelahan luar biasa karena harus beraksi di depan banyak penggemarnya.
"Ini adalah sebuah proses. Kalau kami bisa melewatinya, pasti kami akan menjadi sosok yang lebih baik. Seperti album baru kami, Reckless and Relentless, yang merupakan proses pendewasaan kami dalam bermusik, " ujar Ben.
Judul album yang seakan mewakili keadaan terkini Asking Alexandria itu memang menghadirkan musik mereka dalam bentuk yang lebih berkembang. Kalau dulu mereka sempat dituduh mencuri konsep musik dari Enter Shikari, kali ini nggak lagi. Mereka mulai mengurangi porsi suara synthesizer di lagu-lagunya.
Lagu-lagu baru mereka lebih banyak mengeksplorasi soundscape, atmosfer latar belakang lagu, dan lebih banyak menghadirkan part gitar.
Diakui Ben bahwa mereka ingin membuktikan kemampuan bermusik para personel Asking Alexandria. Dia mengakui bahwa album sebelumnya, permainan mereka masih jauh dari sempurna.
Harus diakui bahwa Asking Alexandria sedikit berbeda dari band-band sejenisnya. Mereka punya pendengar yang lebih luas, lebih banyak pendengar dewasanya. "Thanks to Youth Gone Wild dan 18 and Life", dua lagu milik Skid Row yang sempat dibawakan ulang oleh Asking Alexandria.
"Fans kami luar biasa. Mereka mengerti alasan di balik semua hal yang kami lakukan. Jadi, walaupun kami melakukan sesuatu yang membuat mereka kecewa, biasanya mereka bisa memakluminya," ujar Ben, serius.
Opini Ben ini tentunya menyangkut pecinta musik di tanah kelahiran mereka, Inggris. Pasalnya, mereka dianggap berkhianat, dan membelot oleh beberapa pihak di Inggris.
Kebencian ini bukan tanpa sebab. Asking Alexandria adalah band Inggris yang justru memulai karirnya di Amerika. Dan tanah Paman Sam itu juga mereka mulai meraih popularitas.
"Saya mendengar semua cercaan yang datang ke kami. Khususnya yang datang dari Inggris. Tapi sebetulnya cercaan itu bukan datang dari pecinta musik. Karena buktinya saat kami menggelar konser di Inggris, Fans kami berkumpul, membeli tiket sampai habis, dan menikmati konsernya," jelas Ben, tegas.
Menurut Ben, semua cercaan itu justru datang dari beberapa band Inggris, yang menurutnya iri pada mereka.
"Saya nggak akan menyebut siapa-siapa band itu. Mereka sering mengatakan kami sebagai pengkhianat. Mereka menyebut kami bukanlah orang Inggris, melainkan orang Amerika. Sudahlah, mereka hanya sebagian orang yang iri pada kami," tutup Ben, santai.
Sikap tegar kayak gini yang juga membuat album terbaru Asking Alexandria bertengger di nomor 9, pada minggu pertamanya. Hmmm, melihat kesuksesan album Reckless and Relentless, bukan nggak mungkin kalau Asking Alexandria bakal kembali berhadapan dengan jadwal tur yang padat. Kalau saat itu datang, mereka sudah harus lebih dewasa, dan lebih siap mental untuk menghadapinya.
Artikel (Tulisan) ini oleh / original by Irvin,
From Majalah Hai edisi 2-8/Mei 2011, Hal 46-47.
From Majalah Hai edisi 2-8/Mei 2011, Hal 46-47.
http://iamathurtura.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar