Kamis, 17 Februari 2011

Pahlawan tanpa tanda jasa

(story)

Di sebuah sekolah tepatnya dipinggiran kota, terdapat seorang guru yang sedang mengajar. Guru yang nampaknya sudah tidak muda lagi, wanita tua yang hanya memiliki 3 adiknya saja. Dia pun tidak menikah, menurutnya dia tidak sempat memikirkan hal seperti itu, yang ada dibenaknya adalah bagaimana bertahan dengan ketiga adiknya. Ia sudah lama mengabdi sebagai guru di sebuah sekolah dasar. Gajinya tidaklah besar, bahkan masih debawah standar.

Sebagai wali kelas, tugasnya nampak lebih beratdan benar – benar full setiap harinya. Menurutnya besar kecilnya gaji tidak membuat ia pasrah, ia tetap bersemangat akan adanya kehidupan yang lebih baik lagi untuk kedepannya.

Namun terkadang, ia merasa keletihan dan ketidakpuasan. Kenaikan gaji juga tak diterimanya. Sedangkan dia harus membiayai hidupnya dan dan adik – adiknya yang semakin hari semakin sulit. Gajinya pun tak dapat memeuhi kebutuhannya. Sementara dia adalah tipe orang yang tidak mau bergantung kepada orang lain. Maka, diapun menambah kesibukkannya dengan berjualan sepatu di pasar setiap hari libur. Tak ada waktu untuk bersantai – santai agar ia bias tetap bertahan.
Sampai dibatas kesabarannya, ia pun menjadi orang yang mudah mengeluh. Sesekali ia berfikir dan berbincang – bincang kepada ketiga adiknya, ia ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik walaupun terlihat ia sudah tidak cukup untuk memenuhi syarat di perkantoran, sebab ia sudah memasuki usia 44 tahun. Tetapi ia pu nekat melamar pekerjaan lain, walaupun harus meninggalkan anak – anak muridnya yang tersayang.

Kemudian, pada suatu hari sebelum ia mendapat panggilan pekerjannya yang baru, ia masih mengajar di sekolah itu. Pada saat ia masuk kelas, ia terkejut tak ada satupun anak dikelasnya, setelah ia duduk baru terlihat murid – muridnya keluar dri kolong meja dan serentak murid – murid cerdas ini meneriakkan “selamat ulang tahun ibu guru”, lantas mereka pun menyanyikan sebuah lagu. Setelah itu beberapa anak menghampiri dan memeluknya sambil berkata “selamat ulang tahun ibu, semoga panjang umur”. Guru itu pun tersentak tak kuasa menahan air matanya, ia duduk sambil menangis, dan menangis lagi melihat dipapan tulis tedapan tulisan, “terima kasih ibu karana ibu telah menjadi guru yang baik buat kami, kami semua mencintai ibu”


“disaat kenyataan hidup begitu sulit untuk kita jalani, apa yang bias buat kita bangkit dan coba bertahan adalah kekuatan, tegar. Sesulit apapun keadaan ini, kita pasti bias melewatinya. Karana allah tidak akan memberi cobaan diluar batas kemampuan umatnya.
Ditambah dengan kehadiran orang – orang yang kita cintai yang selalu mensupport kita, membuat kita semakin kuat saat jatuh dan bertahan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar