"Independent, strong, dan sexy," ujar Cecilia Yuda kepada Kompas Female saat diminta menjelaskan karakteristik Benten Fashion yang mengkhususkan diri pada koleksi busana gaun wanita. Cecilia Yuda dan Lisa Daryono adalah dua perempuan yang menjadi penggerak merek busana Benten. Meski baru 4 tahun berdiri, Benten Fashion sudah menunjukkan prestasi yang membanggakan. Lisa dan Cecilia berbagi cerita usai pembukaan butik kedua mereka di wilayah Kemang, Jakarta Selatan.
"Awalnya kami berkenalan di Australia, saat menjadi pelajar di sana. Kemudian, sekembalinya kami ke Indonesia, kami banyak bertemu dan berbincang-bincang, lalu memutuskan untuk membuka butik bersama berdasar kesukaan kami kepada fashion. Lalu di tahun 2007, mulai di garasi rumah secara kecil-kecilan, kami membuka butik pertama kami. Kemudian, setelah makin dikenal teman-teman, kami terus berkembang hingga sekarang, membuka butik kedua kami," cerita Lisa kepada Kompas Female di halaman butik terbaru mereka yang terletak di Jl. Benda Raya no. 98G, Kemang, Jakarta Selatan.
Terdengarnya memang seperti simpel dan sederhana bagaimana mereka memulai usaha ini, namun, apa yang telah mereka capai sejak pertama membuka label tidak sesederhana itu. Terhitung sejak berdiri, Benten rajin mempertunjukkan koleksi busana mereka. Dengan kepercayaan diri dan kegigihan, mereka sering diundang dalam banyak ajang peragaan busana, bahkan dinominasikan sebagai salah satu desainer muda berbakat di salah satu media nasional. Beberapa ajang peragaan busana bertaraf internasional pun pernah mereka jajal, sebut saja Mercedes Australian Fashion Week 2008, New Zealand Fashion Week 2008, Jakarta Fashion Week 2008-2009, dan yang terkini, Hong Kong Fashion Week 2010.
Berbincang dengan keduanya secara terpisah mengenai perkembangan pasar fashion di Jakarta, kedua desainer muda ini sepakat bahwa ada perkembangan sejak dulu hingga sekarang, "Fashionista di Jakarta sudah jelas ingin tampil cantik setiap saat, namun, saking banyaknya acara, mereka butuh banyak busana dengan berbagai desain dan warna, tetapi ingin busana yang tak terlalu mahal. Nah, Benten kan selama ini dikenal di teman-teman, memiliki busana dengan desain yang pas di tubuh, harganya juga tidak terlalu tinggi, jadi tak heran busana kami banyak disenangi," cerita Lisa.
"Saya melihat, semakin lama masyarakat Jakarta suka dengan hal yang simpel. Untuk urusan desain, kita harus tetap lapar akan hal yang baru, tidak bisa berpuas diri, karena tren tidak bisa diprediksi. Saat ini saya lihat orang-orang suka yang kasual, simpel, tak terlalu banyak drama, dan tidak terlalu banyak payet. Namun, kita tidak tahu tahun-tahun ke depan bisa jadi justru kebalikannya. Saat ini saya melihat desainer-desainer sudah makin banyak diapresiasi, terlihat makin banyak pula desainer muda yang menjadi ternama. Jadi, jelas, dunia fashion di negeri kita makin berkembang," jelas Cecilia.
Namun keduanya sepakat, bahwa ada perbedaan pada pasar desain busana gaun wanita, "Untuk daerah utara, kebanyakan pelanggan kami suka warna-warna terang, desain yang complicated dan detailed. Sementara untuk penduduk di daerah selatan, kebanyakan senang yang warna pastel, desain simpel, dan tertutup. Kami buat dua butik dengan koleksi yang berbeda juga. Sebagai usaha memenuhi semua selera yang berbeda," jelas Cecilia.
Sementara Lisa menilai, konsumen Benten di Jakarta Utara, yang didominasi oleh perempuan berkulit putih cenderung pucat lebih memilih koleksi gaun dengan warna-warna yang terang dan menyala, seperti paduan ungu dan kuning kehijauan. "Mereka berani mengenakan busana berwarna terang. Sedangkan kalau di Jakarta Selatan, karena kami sudah tes pasar selama beberapa bulan, kami menilai, di sini lebih banyak konsumen yang berkulit sawo matang, dan mereka lebih memilih busana berwarna pastel, hitam, dan abu-abu, saya juga kurang mengerti kenapa. Padahal, kulit sawo matang juga cocok mengenakan busana dengan warna-warna yang terang dan menyala. Tetapi mengingat tren spring/summer warnanya terang, ada juga yang mau coba-coba mengenakan busana berwarna terang."
"Awalnya kami berkenalan di Australia, saat menjadi pelajar di sana. Kemudian, sekembalinya kami ke Indonesia, kami banyak bertemu dan berbincang-bincang, lalu memutuskan untuk membuka butik bersama berdasar kesukaan kami kepada fashion. Lalu di tahun 2007, mulai di garasi rumah secara kecil-kecilan, kami membuka butik pertama kami. Kemudian, setelah makin dikenal teman-teman, kami terus berkembang hingga sekarang, membuka butik kedua kami," cerita Lisa kepada Kompas Female di halaman butik terbaru mereka yang terletak di Jl. Benda Raya no. 98G, Kemang, Jakarta Selatan.
Terdengarnya memang seperti simpel dan sederhana bagaimana mereka memulai usaha ini, namun, apa yang telah mereka capai sejak pertama membuka label tidak sesederhana itu. Terhitung sejak berdiri, Benten rajin mempertunjukkan koleksi busana mereka. Dengan kepercayaan diri dan kegigihan, mereka sering diundang dalam banyak ajang peragaan busana, bahkan dinominasikan sebagai salah satu desainer muda berbakat di salah satu media nasional. Beberapa ajang peragaan busana bertaraf internasional pun pernah mereka jajal, sebut saja Mercedes Australian Fashion Week 2008, New Zealand Fashion Week 2008, Jakarta Fashion Week 2008-2009, dan yang terkini, Hong Kong Fashion Week 2010.
Berbincang dengan keduanya secara terpisah mengenai perkembangan pasar fashion di Jakarta, kedua desainer muda ini sepakat bahwa ada perkembangan sejak dulu hingga sekarang, "Fashionista di Jakarta sudah jelas ingin tampil cantik setiap saat, namun, saking banyaknya acara, mereka butuh banyak busana dengan berbagai desain dan warna, tetapi ingin busana yang tak terlalu mahal. Nah, Benten kan selama ini dikenal di teman-teman, memiliki busana dengan desain yang pas di tubuh, harganya juga tidak terlalu tinggi, jadi tak heran busana kami banyak disenangi," cerita Lisa.
"Saya melihat, semakin lama masyarakat Jakarta suka dengan hal yang simpel. Untuk urusan desain, kita harus tetap lapar akan hal yang baru, tidak bisa berpuas diri, karena tren tidak bisa diprediksi. Saat ini saya lihat orang-orang suka yang kasual, simpel, tak terlalu banyak drama, dan tidak terlalu banyak payet. Namun, kita tidak tahu tahun-tahun ke depan bisa jadi justru kebalikannya. Saat ini saya melihat desainer-desainer sudah makin banyak diapresiasi, terlihat makin banyak pula desainer muda yang menjadi ternama. Jadi, jelas, dunia fashion di negeri kita makin berkembang," jelas Cecilia.
Namun keduanya sepakat, bahwa ada perbedaan pada pasar desain busana gaun wanita, "Untuk daerah utara, kebanyakan pelanggan kami suka warna-warna terang, desain yang complicated dan detailed. Sementara untuk penduduk di daerah selatan, kebanyakan senang yang warna pastel, desain simpel, dan tertutup. Kami buat dua butik dengan koleksi yang berbeda juga. Sebagai usaha memenuhi semua selera yang berbeda," jelas Cecilia.
Sementara Lisa menilai, konsumen Benten di Jakarta Utara, yang didominasi oleh perempuan berkulit putih cenderung pucat lebih memilih koleksi gaun dengan warna-warna yang terang dan menyala, seperti paduan ungu dan kuning kehijauan. "Mereka berani mengenakan busana berwarna terang. Sedangkan kalau di Jakarta Selatan, karena kami sudah tes pasar selama beberapa bulan, kami menilai, di sini lebih banyak konsumen yang berkulit sawo matang, dan mereka lebih memilih busana berwarna pastel, hitam, dan abu-abu, saya juga kurang mengerti kenapa. Padahal, kulit sawo matang juga cocok mengenakan busana dengan warna-warna yang terang dan menyala. Tetapi mengingat tren spring/summer warnanya terang, ada juga yang mau coba-coba mengenakan busana berwarna terang."
sumber : http://female.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar